Sunday 12 June 2011

Sistem Pertanian

Perkembangan Sistem Pertanian 

Sistem Pertanian bersifat dinamis, yaitu berubah dari waktu ke waktu. Hal ini dipengaruhi oleh populasi manusia yang semakin meningkat sehingga kebutuhan akan pangan, sandang dan papanpun meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan. Disamping itu, perkembangan IPTEK juga mempengaruhi perubahan sistem pertanian. Adapun perubahan sistem pertanian yaitu :
  • Natural Life
Alam diciptakan dengan segala isinya untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup (manusia) ; Manusia memanfaatkan isi alam untuk kepentingan hidupnya, baik pangan, papan dan sandang. 
  • Natural Farming
Manusia mulai mengelola alam secara mandiri ; Alam dibuka untuk ditanami dengan biji yang diambil dari alam, atau menangkap hewan dari alam ; ekstensifikasi lahan (perladangan berpindah)
  •  Traditional Farming
Sistem pertanian menetap, bersifat subsisten dengan metode trial n eror.
  • Sistem Pertanian LEIA (Low External Input Agricutural)
Memanfaatkan SDA (sampah, kompos, limbah) yang sangat intensif,  mengunakan bahan kimia jika ada kekurangan di tingkat lokal, dan adanya ekstensifikasi lahan untuk meningkatkan produk.
Namun sistem Pertanian LEIA terdapat kelemahan yaitu  terjadinya degradasi lahan.
  • Sistem Pertanian  HEIA (High External Input Agricultural)
Penggunaan input luar secara besar-besaran , berorientasi utama pada pasar , fokus pada komoditas unggulan.
manifestasi HEIA : Revolusi Hijau.
Sistem Pertanian HEIA memiliki Kelemahan diantaranya :
a)    Ketergantungan terhadap bahan kimia dengan tingkat pengunaanyang semakin tinggi / meningkat.
b) Agroekosistem rusak (Degradasi Lingkungan dan kerusakan SD yang tidak dapat diperbaharui).
c)      Produk pertanian yang mengandung residu bahan kimia (pestisida)

Gambar 1. Pencemaran tanah dan air






Gambar 2. Bahaya Pestisida



Rantai Makanan

Gambar 3. Material (bahan anorganik) yang tidak dapat diuraikan di lingkungan  masuk ke rantai makanan dan berakibat pada manusia.
  •          Sistem Pertanian LEISA
(Low External Input and Sustainable Agricultural)
LEISA adalah Pertanian berkelanjutan dengan input luar yang rendah yang   mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam (tanah, air, tumbuhan, tanaman dan hewan) dan manusia (tenaga, pengetahuan dan ketrampilan) yang tersedia di tempat; dan yang  layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, adil secara sosial dan sesuai dengan budaya.
Menurut Reijntjes et al. (1999) dan Plucknert dan Winkelmann (1995), LEISA tidak bertujuan untuk mencapai produksi maksimal dalam jangka pendek, melainkan untuk mencapai tingkat produksi yang stabil dan memadai dalam jangka panjang.
Sistem LEISA mengacu pada ciri-ciri :
1.     Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal dengan mengkombinasikan berbagai komponen sistem usaha tani (tanaman, hewan, tanah, air, iklim dan manusia) sehingga saling melengkapi dan memberikan efek sinergi yang besar.
2.     Mencari cara pemanfaatan input luar hanya bila diperlukan untuk melengkapi unsur-unsur yang kurang dalam ekosistem dan meningkatkan sumber daya biologi, fisik dan manusia. Dalam memanfaatkan input luar ditekankan pada maksimalisasi daur ulang dan minimalisasi kerusakan lingkungan.
Adapun Prinsip-prinsip dasar ekologi pada LEISA berdasarkan Reijntjes et al. (1999) dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Menjamin kondisi tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman, khususnya dengan mengelola bahan organik dan meningkatkan kehidupan dalam tanah.
2.      Mengoptimalkan ketersediaan dan menyeimbangkan arus unsur hara, khususnya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, dan pemanfaatan pupuk luar sebagai pelengkap.
3.      Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara dan air dengan pengelolaan iklim mikro, pengeloaan air dan pengendalian erosi.
4.      Meminimalkan serangan hama dan penyakit terhadap tanaman dan hewan melalui pencegahan dan perlakuan yang aman.
5.      Saling melengkapi dan sinergis dalam penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistem pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.
Konsep LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture) sebagai arah baru bagi pertanian konvensional (HEIA : High External Input Agriculture), sangat cocok dilaksanakan pada sistim pertanian negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Hal ini dikarenaka negara kita memilik kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam. LEISA merupakan konsep pertanian masa depan.  Konsep LEISA merupakan penggabungan dua prinsip yaitu agro-ekologi serta pengetahuan dan praktek pertanian masyarakat setempat/tradisional. Pemahaman akan hubungan dan proses ekologi maka agroekosistim dapat dimanipulasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produks secara berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan bagi lingkungan maupun sosial dengan meminimalkan input eksternal.
Perwujudan sistem pertanian LEISA dapat dipercepat dengan pengembangan teknologi partisipasi (PTP), yaitu suatu proses interaktif kreatif dalam masyarakat dimana pengetahuan dan ilmu asli setempat dikombinasikan untuk mencari solusi atas masalah petani.
PTP melibatkan kerjasama antara petani (organisasi petani) dan agen pembangunan (spt lembaga penelitian n penyuluh) untuk :
a.       Menganalisis sistem agroekologi lokal,
b.      Mendefinisikan masalah dan prioritas lokal,
c.       Mengujicoba dengan berbagai macam solusi potensial,
d.      Mengevaluasi hasil dan mengkomunikasikan penemuan dengan petani lain.
Dalam PTP, Ilmuwan menyumbangkan hasil pengkajian dan penelitian yang relevan untuk pelaksanaan sistem LEISA, dan petani mengembangkan pengalaman yang dinilai efektif. Selama ini banyak petani yang melakukan kegiatan usaha tani tertentu yang mungkin tidak mereka pahami aspek ilmiahnya, namun secara turun temurun dilakukan karena menunjukkan hasil yang efektif. Petani dan ilmuwan harus bekerja sama agar pengalaman praktis dan pemahaman ilmiah dapat dipadukan sehingga diharapkan efektivitasnya meningkat. Misalnya, salah satu kebiasaan petani mengendalikan gulma dengan memberi mulsa organik (menggunakan organ-organ tumbuhan tertentu) merupakan aplikasi dari mekanisme fisiologi tumbuhan, yaitu alelopati. Hal ini memberikan peluang yang besar untuk dilakukan suatu penelitian.
Perubahan ke sistem LEISA, dapat dilakukan dengan tiga tahap yaitu :
1.      Peningkatkan efisiensi sarana produksi.
a)    Memperbaiki pola tanam (budidaya), dengan memperhatikan sinar matahari dan curah hujan (cuaca dan Iklim).
b)     Memantau hama dan penyakit, dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT),
2.      Penyesuaian dengan pertanian berkelanjutan.
a)      Pembuatan teras, mengomposkan bahan organik
b)      Memadukan peternakan/perikanan dengan pertanian.
c)      Mengunakan cara biologis untuk mengendalikan hama.
3.      Tata ulang sistem bertani.
a)      Rotasi tanaman.
b)      Keterpaduan antara peternakan, usaha kebun dan hasil pangan.





(berbagai sumber...)..

5 comments:

  1. Mantaaafff......kirain Lisa ternyata Leisa, hehe.....

    ReplyDelete
  2. ini yang aku cari, makasih gan artikelnya.
    sharing juga ni, dengar-dengar blog jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia adalah blog baru yang cukup bagus menyediakan referensi seputar pertanian, sesuai dengan namanya jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia memang tidak hanya membahas teori saja, namun infonya juga bersifat aplikatif, karena itulah kadang juga saya mengunjunginya DISINI>> jokowarino.com tempat berbagi informasi mengenai pertanian indonesia

    ReplyDelete