Tuesday 31 January 2012

Rekayasa genetika


REKAYASA GENETIK DENGAN MEMANFAATAN GEN CRY Bacillus thuringiensis UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN TANAMAN TERHADAP SERANGAN HAMA


Abstrak
Meningkatnya jumlah penduduk, adanya degradasi dan alih fungsi lahan mengakibatkan menurunnya produksi tanaman. Penurunan produksi semakin diperparah dengan adanya serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) baik oleh kerusakan fisik (hama), gangguan fisiologis dan biokimia (penyakit) maupun persaingan ruang, air dan unsur hara (gulma). Hal ini mendorong para ilmuwan untuk menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT. Salah satu teknik yang digunakan adalah dengan  memanfaatkan gen Cry Bacillus thuringiensis. Gen cry Bt bersifat insektisidal (membunuh serangga). Hal ini mengakibatkan adanya pemanfaatan gen cry Bt  serangan Hama.

Kata kunci : Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), Produksi Pertanian,  gen Cry Bacillus thuringiensis, insektisidal.



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, degradasi lahan, dan alih fungsi lahan mengakibatkan semakin menurunnya produksi tanaman. Penurunan produksi pertanian akan semakin diperparah dengan adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) baik berupa kerusakan secara fisik (hama), gangguan secara fisiologis dan biologis secara terus-menerus (penyakit) maupun kompetisi ruang, air dan unsur hara (gulma). Hal ini mendorong para ilmuwan untuk menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan OPT. Salah satu teknologi yang digunakan oleh para ilmuwan adalah dengan rekayasa genetika. Dimana dalam rekayasa genetika ini bertujuan  menghasilkan tanaman tahan OPT.
Rekayasa genetika merupakan salah satu usaha yang dilakukan dalam rangka memuliakan tanaman. Pemuliaan tanaman adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk mengubah susunan genetik tanaman, baik individu maupun secara bersama-sama (populasi) dengan tujuan tertentu. Rekayasa genetika dibidang pertanian tersebut bertujuan mendapatkan organisme (tanaman) baru yang memiliki sifat lebih baik yaitu tahan terhadap serangan OPT. Salah satu teknologi rekayasa genetika yang digunakan dalam menghasilkan tanaman tahan Hama adalah dengan memanfaatkan gen cry Bacillus thuringiensis melalui teknik transfer gen.

Tujuan
            Tujuan dari Makalah ini adalah untuk mengetahui pentingnya rekayasa genetika dengan memanfaatkan gen Cry Bacillus thuringiensis dalam menghasilkan tanaman  yang tahan terhadap serangan hama.

PEMBAHASAN

Rekayasa Genetika
            Rekayasa genetika adalah salah satu teknologi yang digunakan dalam memuliakan tanaman. Rekayasa genetika ini meliputi kegiatan merubah susunan gen (merekayasa gen) suatu organisme, dengan tujuan mendapatkan sifat unggul yang diinginkan. Salah satu sifat unggul kaitannya dengan peningkatan produksi tanaman (pertanian) adalah menghasilkan tanaman yang tahan terhadap Hama. Salah satu metode yang digunakan dalam rekayasa genetika adalah melakukan penyisipan (transfer) gen Kristal Bacillus thuringiensis.

Bacillus thuringiensis
Bacillus thuringiensis (Bt) merupakan bakteri gram-positif berbentuk batang dan memproduksi kristal protein di inclusion body nya pada saat ia bersporulasi. Bt ini hanya tumbuh pada fase vegetatif jika nutrien (suplai makanannya) berlimpah. Namun bila suplai makanannya menurun maka akan membentuk spora dorman yang mengandung satu atau lebih jenis kristal protein. Kristal ini mengandung protein yang disebut δ-endotoksin, yang bersifat lethal jika dimakan oleh serangga yang peka. Hal ini mengakibatkan adanya pemanfaatan gen cry (kristal) oleh para ilmuwan dalam rekayasa genetik untuk menghasilkan tanaman transgenik tahan hama. Adapun gen kristal protein (Bt) yang sudah dimanfaatkan dan diketahui sasaran OPT nya ada beberapa kelas (Tabel 1).
Tabel 1. Klasifikasi kristal protein (Cry) Bacillus thuringiensis dan spesifikasi terhadap serangga dan nematoda (Margino dan Mangundihardjo, 2002)
No.
Kelas Kristal Protein Bt
Sasaran OPT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
I Cry1Aa, Cry1Ab, Cry1Ac, Cry1Cb, Cry1F
II CryIIA, CryIIB, CryIIC
III CryIIIA, CryIIIB, CryIIIC
IV CryIVB, CryIVC
V CryV
VI CryVI
IX CryIXF
X CryX
Lepidoptera
Lepidoptera
Coleoptera
Diptera
Lepidoptera dan Coleoptera
Nematoda
Lepidoptera
Lepidoptera

Bacillus thuringiensis dalam rekayasa genetika
Keunggulan Bt di dalam mengendalikan serangga hama telah membuat para ilmuwan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut, dengan memanfaatkan dan memanipulasi gen Cry (cristal protein). Gen Cry dimasukkan dalam sel tanaman, sehingga gen Bt itu terexpresikan pada tanaman. Bt-modified transgenic plants  terseut telah terbukti mempatogen serangga. Rekayasa genetik dengan memanfaatkan gen cry ini telah dikembangkan pada pertengahan tahun 1980-an dan berkembang secara luas di USA, dimana untuk pertama kalinya pada tahun 1996 kapas transgenik telah tersedia secara komersial, dan penelitian tersebut telah berkembang pada tanaman tomat, kentang dan tembakau.

Perakitan Tanaman Transgenik dengan gen Cry Bacillus thuringiensis
Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen. Gen yang dimasukkan disebut transgene. Gen tersebut bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lain sama sekali. Salah satunya adalah penyisipan gen bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) pada tanaman. Penyisipan gen ini bertujuan untuk menghasilkan tanaman yang tahan hama.

Adapun perakitan tanaman transgenik dengan Bt meliputi beberapa prosedur, antara lain :
1.      Isolasi gen
Isolasi gen cry dilakukan dengan dengan menyeleksi strain Bt yang terbaik, yaitu memiliki potensi menghambat pertumbuhan serangga yang terbaik.
2.      Memodifikasi gen cry sehingga fungsi biologisnya lebih baik
Modifikasi gen dilakukan dengan teknik rekombinan DNA. Teknik ini bertujuan  memanipulasi gen cry Bt sehingga strain Bt menjad lebih baik lagi baik dari segi formulasi, host range, toksisitas maupun sifat Bt itu sendiri.. Salah satu teknik yang digunakan adalah menempatkan gen cry Bt di vektor yang berupa plasmid bakteri. Hal ini mengakibatkan modifikasi gen cry dapat dilakukan dengan perbaikan bakteri. Perbaikan bakteri dilakukan dengan cara protoplas transformasi, transduksi, dan konyugasi.  Selain itu, Perbaikan sifat Bt juga dapat dilakukan dengan cara mengawinkan strain-strain (mixture culture) untuk pertukaran plasmid di antara strain Bt. Setelah didapatkan strain Bt yang diinginkan, dilakukan perbanyakan gen (Kloning gen). Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA) yaitu plasmid. Kemudian, DNA diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut. Selanjutnya ditransfer ke tanaman.
3.      Mentransfer gen tersebut ke tanaman
Beberapa gen yang mengkode Bt toksin yang telah berhasil dikloning, diintroduksikan ke dalam sel tanaman menggunakan teknik rekombinan (metode transformasi DNA) yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens.
4.      Membentuk produk tanaman transgenik.
Pembentukan tanaman transgenik terjadi ketika gen cry Bt di introduksikan ke dalam tanaman. Adapun introduksi gen ini meliputi beberapa langkah diantaranya adalah :
a.       Membentuk sekuen gen yang diinginkan yang ditandai dengan penanda yang spesifik.
b.      Mentransformasi sekuen gen yang sudah ditandai ke jaringan
c.       Mengkultur jaringan yang sudah mengandung gen yang ditransformasikan.
d.      Uji coba kultur tersebut di lapangan.
Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing. Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas. Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.
Terintegrasinya gen Bt di dalam sel tanaman ini dapat memperpanjang peluang Bt dalam mengendalikan hama dan meningkatkan efektifitas pengendalian.
Sumber : Suslow (2002)



Cara Kerja Bacillus thuringiensis pada tanaman transgenik.
B. thuringiensis adalah bakteri yang menghasilkan kristal protein yang bersifat membunuh serangga (insektisidal) sewaktu mengalami proses sporulasinya (Hofte dan Whiteley, 1989). Kristal protein yang bersifat insektisidal ini sering disebut dengan δ-endotoksin. Kristal ini merupakan pro toksin yang jika larut dalam usus serangga akan berubah menjadi polipeptida yang lebih pendek (27-149 kd) dan bersifat insektisidal. Pada umumnya kristal Bt di alam bersifat protoksin, karena aktivitas proteolisis dalam sistem pencernaan serangga, mengubah Bt protoksin menjadi polipeptida yang lebih pendek dan bersifat toksin. Toksin yang telah aktif berinteraksi dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Bukti-bukti telah menunjukkan bahwa toksin Bt ini menyebabkan terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membran di sa-luran pencernaan dan mengganggu keseimbangan osmotik dari sel-sel tersebut. Karena keseimbangan osmotik terganggu, sel menjadi bengkak dan pecah. Hal ini menyebabkan matinya serangga (Hofte dan Whiteley, 1989).


KESIMPULAN
Bacillus thuringiensis memiliki gen cry (gen kristal) bersifat insektisidal (membunuh hama). Hal ini mengakibatkan pentingnya rekayasa genetika dengan memanfaatan gen cry Bacillus thuringiensis. Adapun hasil dari rekayasa genetik tersebut adalah menghasilkan tanaman yang tahan terhadap serangan hama.

DAFTAR PUSTAKA

Bahagiawati. 2001. Managemen Resistensi Serangga Hama Pada Tanaman Transgenik Bt. Buletin Agrobio 4(1): 1- 8.
Dent, D.R. 1993. The Use Of Bacilllus thuringiensis As Insecticide. In Jones, D.G. (Ed.). Exploition of Microorganisms. Chapman and Hall, p. 19-44
Fieldman, J. and T. Stone. 1997. The Development Of A Comprehensive Resistance Management Plan For Potatoes Expressing The Cry3a Endotoxin. In Carozzi, N. and M. Koziel (Eds.). Advance in Insect Control. The Role of Transgenic Plants. Taylor and Francis. p. 49-61.
Hofte, H. and H.R. Whiteley. 1989. Insecticidal Crystal Proteins Of Bacillus thuringiensis. Microbiol. Rev. 53: 42-255.
Margino, S. dan S. Mangundihardjo. 2002. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati Untuk Biopestisida Di Indonesia. Lokakarya Keanekaragaman Hayati untuk Perlindungan Tanaman. Yogyakarta, 7 Agustu 2002.
Matten, S. 1998. EPA Regulation Of Resistance Management Of Bt Plant Pesticide. A seminar presented at a joint Annual meeting ESA and APS, Las Vegas, Nevada, November 8-12, 1998.
Schuler, T.H., G.M. Poppy, B.R. Kerry, and I. Denholm. 1999. Potential Side Effects Of Insectresistant Trans-Genic Plants On Arthropod Natural Enemies. TibTech. 17:210-216.
Suslow T.V,  Bruce R.T. ,  Kent J.B.  2002. Biotecnology Provides New Tools for Plant Breeding. Agricultural Biotechnology. California, Division of Agriculture and Natural Resources. Http://anrcatalog.ucdavis.edu